Beberapa tahun sudah lewat sejak Esau menjual hak warisnya kepada adiknya, Yakub. Bapak mereka, Nabi Ishak, sudah tua sekali dan tidak dapat melihat karena sudah menjadi buta. Pada suatu hari, Nabi Ishak memanggil Esau, anaknya yang sulung. Ia berkata, “Anakku! Engkau tahu Bapak sudah tua. Mungkin Bapak tidak akan hidup lama lagi. Jadi, ambillah busur dan panah-panahmu; pergilah memburu seekor binatang di padang. Masaklah yang enak seperti yang Bapak suka, lalu bawalah kepada Bapak. Setelah Bapak makan, Bapak akan memberi kamu berkat Bapak sebelum Bapak mati.” Lalu Esau pergi untuk melakukan kehendak bapaknya.
Ketika tadi Nabi Ishak sedang berbicara dengan Esau, Ribka mendengar semua yang mereka bicarakan. Maka dari itu setelah Esau berangkat untuk berburu, Ribka memanggil Yakub. Katanya, “Yakub, baru saja Ibu dengar ayahmu mengatakan kepada Esau begini, ‘Burulah seekor binatang dan masaklah yang enak untuk Bapak. Setelah Bapak makan, Bapak akan memberkatimu dihadapan Allah sebelum Bapak mati.’ Nah, anakku, dengarkanlah dan lakukanlah apa yang Ibu katakan ini. Pergilah ke tempat domba kita, pilihlah dua anak kambing yang gemuk-gemuk. Ibu akan memasaknya menjadi makanan kesukaan ayahmu. Nanti bawalah makanan itu kepada Bapak supaya dimakannya, dan supaya engkaulah yang diberkati sebelum Bapak meninggal.”
Tetapi Yakub berkata kepada ibunya, “Ibu, bukankah badan Esau berbulu, sedangkan badan saya tidak? Walaupun Ayah sudah buta, Ayah masih tetap dapat meraba. Nanti kalau Ayah meraba badan saya, Ayah akan tahu bahwa saya sedang menipunya. Nanti Ayah akan mengutuki saya bukannya memberkati saya.”
Ibunya menjawab, “Jangan khawatir, Yakub. Biar Ibu yang menanggung segala kutuknya. Lakukan saja apa yang Ibu katakan. Pergilah mengambil kambing-kambing itu.”
Yakub melakukan semua yang disuruh oleh ibunya. Ketika makanan bagi ayahnya telah siap, Ribka mengambil pakaian Esau yang paling bagus, yang disimpannya di rumah. Lalu pakaian Esau dikenakan kepada Nabi Yakub. Ia membalutkan juga kulit anak kambing pada lengan dan leher Nabi Yakub yang tidak berbulu itu, lalu makanan diberikan kepada Yakub untuk dibawa kepada ayahnya.
Nabi Yakub pergi kepada ayahnya dan berkata, “Ayah!” Jawab Nabi Ishak, “Ya, siapakah engkau, Esau atau Yakub?” Jawab Yakub, “Esau, anak Ayah yang sulung, pesan Ayah sudah saya laksanakan, silakan makan makanan ini supaya Ayah dapat memberkati saya.”
Nabi Ishak berkata, “Cepat sekali engkau mendapatkannya, Nak.” Jawab Yakub, “Karena Allah yang disembah Ayah telah menolong saya.”
Lalu kata Nabi Ishak kepada Yakub, “Marilah dekat-dekat supaya saya dapat merabamu, benarkah engkau Esau?” Yakub mendekati ayahnya, dan Nabi Ishak pun merabanya serta berkata, “Suaramu seperti suara Yakub, tetapi lenganmu seperti lengan Esau, benarkah engkau Esau?” “Benar,” jawab Yakub.
Nabi Ishak berkata, “Berilah Bapak daging itu. Setelah Bapak makan, akan Bapak berikan berkat Bapak kepadamu.” Nabi Ishak pun makan. Lalu berkatalah Nabi Ishak kepadanya, “Marilah lebih dekat lagi, Nak, dan ciumlah saya.” Ketika Yakub mendekat untuk menciumnya, Nabi Ishak mencium bau pakaian Esau. Kemudian Nabi Ishak memberkati Yakub di hadapan Allah.
Segera sesudah Nabi Ishak memberkati Yakub, dan sesudah Yakub pergi, Esau, kakaknya, pulang dari berburu. Ia juga masak dan membawa masakan itu kepada ayahnya supaya ia diberkati. Ia berkata kepada ayahnya, “Silakan Ayah, makanlah daging yang saya bawa untuk Ayah supaya Ayah dapat memberkati saya.”
“Siapakah engkau?” tanya Nabi Ishak. “Esau anak Ayah yang sulung,” jawabnya.
Nabi Ishak mulai gemetar seluruh tubuhnya, dan bertanya, “Jika begitu, siapa yang telah memburu binatang dan membawanya kepada Ayah tadi? Ayah telah makan dan berkat Ayah yang terakhir sudah Ayah berikan kepadanya.”
Setelah Esau mendengar itu, ia menangis dengan nyaring dan dengan penuh kepedihan. Ia lalu berkata, “Berkatilah saya juga, Ayah!”
Nabi Ishak berkata, “Adikmu telah datang ke sini dan menipu Ayah. Adikmu sudah mengambil berkat yang sebetulnya akan Ayah berikan kepadamu.” Jawab Esau, “Inilah kedua kalinya Yakub menipu saya. Ia sudah mengambil hak saya sebagai anak sulung. Sekarang ia mengambil pula berkat untuk saya.”
Esau membenci Yakub karena ayahnya telah memberikan berkatnya kepada adiknya itu.