Misi untuk membuat penuh rumah yg disediakan Yesus Kristus

Lukas 14:15-24

Seandainya ada acara di tempat ini, banyak orang akan berkata “Semakin ramai, Semakin enak” bukan?

Enak karena makanannya banyak, enak karena musiknya keras, orang bergembira bisa ngopi-ngopi dan nongkrong terus

Konteks dan situasi yg ada di nats ini hampir sama dengan sikap orang Indonesia. Teks yang kita baca adalah salah satu penggalan dari cerita yang lebih besar di pasal 14. Di ayat satu dalam pasal ini kita bisa melihat tempat dimana Yesus sedang mengajar banyak orang. Menurut saudara dimana itu?

Lalu Dia makan dan mengajari orang-orang Farisi tentang kerendahan hati dan bagaimana orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta seharusnya diundang ke perjamuan makan tersebut. Perspektif ini sangat radikal kan?

Mungkin ada satu orang yang sangat tersentuh dan dicerahkan karena pengajaran Yesus, dan berkata “Berbahagialah orang yg akan dijamu dalam Kerajaan Allah”

Melainkan baca sekali lagi jawaban dari Yesus. Apakah dia langsung menjawab “Pasti Dong”?

Sebagai Guru bijak, Dia ceritakan atau menjelaskan melalui sebuah perumpamaan.

CaraNya ini sangat menarik dan sangat efectif.

Mari kita belajar lebih dalam lagi dari perumpamaan ini supaya kita bisa menyesuaikan hidup kita dengan FirmanNya. Apakah Firman Tuhan masih relevan bagi kita semua?

Konsep pada waktu itu tentang “kerajaan Allah” ialah perjamuan makan bersama dengan Mesias dalam kekekalan di masa yang akan datang. Orang Yahudi berpikir hanya mereka yang akan mendapat undangan pada perjamuan itu, karena mereka orang Israel dan mereka layak mendapatkannya. Tapi dalam semua pengajaran Yesus, kerajaan Allah adalah Kerajaan yang terbalik atau berbeda sama sekali dengan apa yang manusia pikirkan.

Dalam perikop ini, Tuhan Yesus menceritakan tentang siapa yg akan diundang dan yang akan hadir di perjamuan yg kekal.

Dia menantang mereka untuk berpikir tentang orang kurang mampu, orang-orang yang tidak terhitung. Orang pada waktu itu dan juga pada saat ini mungkin tahu bahwa tamu yang diundang pertama kali belum pasti hadir dalam pesta yang diselenggarakan. Lalu orang yang tidak diundang mungkin boleh datang ke pesta tersebut.

Pikiran ini terbalik dengan apa yg diharapkan orang. Orang Yahudi pada waktu itu berpikir orang diluar suku mereka tidak akan dapat undangan perjamuan Mesias. Tetapi Allah selalu memikirkan tentang segala bangsa. Dari dulu sampai akhir zaman.

Perjamuan besar maksudnya kerajaan Allah yang hadir melalui pelayanan Yesus. Ketika Dia masih ada di dunia ini, Dia sedang menggambarkan seperti apa kerajaan Allah itu; siapa yang ada di sana, dan saat itu terjadi orang bisa berhubungan dengan Allah tanpa ada penghalang. Sama seperti ketika mereka bisa melihat Yesus, menyentuhNya, bercakap-cakap denganNya sewaktu Ia ada di dunia. Dan gambaran yang sama pula akan terjadi di akhir zaman nanti.

Kita semua sebagai pengikut Yesus akan menikmati perjamuan bersama dengan Allah di sorga. Perjamuan ini terbuka untuk semua orang, tanpa ada batasannya.

Pada zaman itu biasanya ada dua macam undangan. Undangan yang pertama disebarkan mungkin beberapa bulan sebelum acaranya supaya orang bisa membuat reservasi dan memberi kepastian kalau ia dapat hadir. Kemudian undangan yg kedua disebarkan pada hari H, pada waktu acaranya akan dimulai, undangan ini sebenarnya disebarkan supaya semua tamu bisa tahu bahwa semua sudah siap, sampun ayo merinio.

Tetapi dalam cerita ini semua tamu mulai memberi alasan kenapa mereka tidak bisa hadir.

Tamu yang pertama memberi alasannya dan bisa dianggap keinginan mata – Dia membeli sebuah padang. Biasanya apakah orang membeli ladang tanpa melihat dulu seperti apa ladang yang akan dibelinya? Saya kira pasti dia sudah melihat ladangnya. Tapi mana yang menjadi lebih penting bagi dia, perjamuan atau keinginan mata?

Kalo kita, mana yang lebih kita sukai, kehadiran Allah dan hidup bergantung kepada Allah atau keinginan mata dan hanya apa yg mau kita lihat?

Lalu tamu yg kedua dalam cerita ini berkata apa? Dia pakai alasan apa? Dia sudah membeli lima pasang lembu kebiri dan mau memeriksanya. yoke-of-oxen

Alasan ini hampir sama dengan yg pertama. Kok tidak bisa tunggu sampai hari berikutnya kalo mau semua lembu kebiri diperiksa? Mengapa mereka mau ke sana pas waktunya perjamuan?

Alasannya ini bisa dianggap keinginan daging. Dia mau memastikan hartanya atau menghitung apa yg sudah didapat. Tindakan ini bisa menjadikan seseorang sombong bukan? Kita berpikir lebih tinggi ttg kita diri sendiri.

Terus ada seorang peternak atau petani di sini pagi ini? Biasanya apakah peternak membeli ternak tanpa diperiksa terlebih dahulu? Saya kira tidak juga sih.

Alasan tersebut menunjukan bahwa pikiran mereka dihimpit oleh kekuatiran dunia. Kalo kita, yg mana yang lebih utama, pikiran surgawi atau pikiran duniawi?

Lalu tamu yang ketiga alasan apa yang diberikan? Istrinya. Nah bagus kalo dia memang mau mengasihi istrinya. Tapi kehidupan pernikahan bukan hanya untuk satu hari aja bukan? jewish_marriage

Bahkan jika kita perhatikan lebih teliti, alasan yang disampaikan bukan tentang istrinya yang sakit atau mungkin ada keperluan mendadak, TIDAK! Melainkan karena dia baru menikah. Kita bisa menganggap alasan ini semacam keangkuhan hidup atau kesenangan hidup.

 

Hampir sama dengan Adam dan Hawa dari taman eden kan? Adam menyalahkan istri dia yaitu Hawa karena buah terlarang.

Sebetulnya semua orang bisa hadir di acara, tetapi mereka lebih memilih untuk mengutamakan keperluan dan kepentingan mereka masing-masing. Menurut Anda apa perasaan Tuan rumah ini ketika dia sudah mendengar semua alasan tersebut? Apa yang Bapak dan Ibu rasakan ketika sudah menghabiskan banyak uang agar tamu2 bisa datang ke acara bapak ibu untuk merayakan natal, tetapi yg sudah diundang menjawab, maaf saya harus ke mall, saya mau coba sepeda motor yg baru dibelikan, atau saya mau main sama anak cucu saya?

Gimana perasannya? Mungkin agak marah atau kecewa.

Nah pada waktu itu, dalam cerita ini, kota Yerusalem merupakan kota yang sangat diberkati. Kota ini adalah Kota Allah. Siapa yang tinggal di dalam kota mendapat anugerah. Tapi yg diluar kota dianggap najis dan hina.

Cukup menarik dalam cerita ini justru orang-orang seperti ini, yg hina, najis, orang buangan adalah yg diundang dan diterima oleh tuan rumah ini. Dia peduli dan menjangkau mereka walaupun orang ini cacat, buta dan lumpuh.

Luar biasa mereka mau datang dan tidak merasa malu atau sungkan. Mereka memenuhi undangan si tuan rumah ini. Bagaimana dengan kita pada hari, maukah kita meja Allah penuh dengan orang?

Pada akhir zaman ada perjamuan sangat besar dan tempatnya tidak ada batasan kuota. Maukah kita semua tempat di meja itu dipenuhi sebanyak mungkin orang hadir?

Kalo tidak? Kenapa?

Kalo ya, nggih, mau tempatnya penuh, bagaimaina bisa kita membawa orang ke perjamuan Allah? Apa itu undangannya? Injil kan? Kabar baik kan?

Allah Maha Suci. Kita sangat berdosa. Allah tidak bisa bersatu dengan orang berdosa. Melainkan puji syukur, Allah menyiapkan jalannya sendiri supaya setiap orang bisa mendapat keselamatan.

Jika orang mau percaya bahwa Isa Al-masih disalibkan dan korbannya menghapus dosa dunia. Dia dikuburkan, pada hari yg ketiga, dia dibangkitkan mengatasi dosa, maut dan kuasa kelap. Dia menjadi contoh terbesar dan Sang Pemenang.

Kalau bertobat dan percaya kepada Yesus hal itu sama dengan undangan Allah sudah dipenuhi. Dia menawarkan setiap orang di dunia ini hadir di perjamuan yg ada di sorga kekal.

Tapi ada yg menolak undangan. Ada juga yg lain, di luar dugaan, tapi mereka datang karena Allah mengasihi semua orang.

Dan dalam cerita ini, memang hambanya disuruh ke semua jalan dan lintasan. Hal ini penting. Akhirnya, siapa yang dapat ikut perjamuan atau pesta? Setiap orang. Bukan hanya yg pertama menerima undangan tapi terbuka bagi semua orang.

Bagaimana dengan kita, apa yang bisa kita aplikasikan dalam hidup kita melalui cerita ini? Saya menantang Anda untuk berpikir sendiri. Saran saya coba pikirkan tentang relevansi cerita ini. Apakah masih relevan dengan saat ini? Kabar Baik bukan untuk orang Kristen saja. Pesan dan Kabar ini untuk setiap orang di Waru, Surabaya, Sidoarjo, Indonesia, dan seluruh dunia.

Allah adalah tuan rumah. Kita hambanya. Apa itu tugas hamba? Menyampaikan undangan. Kalo ada orang tidak mau ikut, ya murka Allah di atas mereka.

Tapi luarbiasanya undangan ini tidak ada batasannya. Kita harus ke setiap jalan dan lintasan supaya lebih banyak orang bisa dengar injil

Rom 10:15 berfirman, “Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Bagi kita, Roh Kudus sudah dibagikan pada setiap orang percaya. Seperti perjamuan dalam cerita ini, semua sudah siap, tinggal orang memenuhi undangan dan hadir. Sama dengan Tuhan dan semua orang di dunia. Semua siap, semua sudah diundang, apakah kita mau hadir? Atau dengan undangan ini kita menjadi seperti orang yang mencari alasan?

Ketika waktu pesta sudah tiba, seharusnya kita tidak menolak undangan tetapi menjadi seperti hambanya dalam cerita.. memberitahukan orang lain supaya mereka bisa hadir di meja Allah dan makan bersama kita.

Walaupun banyak orang sudah hadir, masih ada tempat untuk lebih banyak orang. Dalam Kerajaan Allah tidak ada istilahnya terlalu penuh.

Lebih Ramai, Lebih Enak.

Kalau memang kita mau membuat penuh rumah yg disediakan Yesus Kristus, kita harus melakanakan Amananat Agung. Kita menyampaikan Injil, dan mengundang mereka percaya kepada Yesus.

Adakah undangan yg lain selain mempercayai Yesus Kristus? Bisakah orang hadir di perjamuan surgawi jika mereka menolak Isa Al-Masih? Jawabannya jelas TIDAK

Kalau begitu kita seharusnya lebih sering mewartakan dengan kasih, sopan santun dan keberanian tentang pengharapan kita…dalam hidup ini dan kekekalan.

Sekarang, coba tulis nama 5 orang – kawan, kenalan, dan keluarga yang Anda tahu tidak akan hadir di perjamuan Allah. Sebentar lagi kita akan berdoa supaya Anda memiliki kesempatan untuk memberitakan kepada mereka tentang perjamuan dan undangan dari Allah sendiri.

 

Referensi

Matthew Henry Commentary http://www.blueletterbible.org/Comm/mhc/Luk/Luk_014.cfm?a=987018

 

Jamieson, Fausset & Brown Commentary http://www.blueletterbible.org/Comm/jfb/Luk/Luk_014.cfm?a=987018

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.